Daftar Isi

Ep.5 Hammi dan Dian


    Di rumah ketika aku mau bersiap untuk tidur, aku jadi kepikiran penjelasan Ruli tentang Dian. Aku mencoba untuk mengabaikannya, namun itu sangat menggangguku sehingga aku tidak bisa tidur. "Baiklah, aku akan sedikit memikirkan rasa penasaranku ini."
Kata Ruli, "Dian, juara 1 pemenang lomba adzan tingkat Mts se Kota Surakarta. Suara emasnya mampu menggugah hati setiap orang yang mendengarnya, tidak heran bila banyak anak gadis yang terpesona olehnya."
"Bahkan dia pun jago memikat hati para gadis benar-benar raja gombal. Kalau ada lomba ngegombal gitu mungkin dia pun juga akan menjadi juara 1." Aku pun cekikikan sendiri.
"Eh"?! kenapa aku jadi peduli" Aku kaget sendiri dengan diriku ini.
"Tapi kenapa aku tidak tersentuh sedikitpun yaa dengan panggilannya, he he he" aku pun menyeringai
"Iyaa sempat sih awalnya aku sampai ketakutan, tapi... Setelah aku tau kebenaran ini, aku harus gimana yaa..." aku mulai memikirkan cara untuk menghadapi perasaan ini, haruskah aku memarahinya? Tidak! Aku tidak bisa mengeluarkan tenaga hanya untuk marah-marah. Menasehatinya? Nasehat apa coba?, aku kan bukan siapa-siapa ato menerimanya? Whats?! Aku gak mau jadi gadis murahan ah! Sombong! Hi hi hi! Ato sok jual mahal aja yaa! Itu juga sombong! Aaahh! Sambil membuang bantal yang sedang aku peluk, aku terus berbicara sendiri melakukan obrolan yang tidak menentu.
 
****
Pagi harinya...
"Hammi..." akhirnya Dian juga masih suka memanggil-manggil namaku. Aku pun tidak menoleh dan terus melangkah menuju kelas.
Waktu istirahat...
"Hammi, Hammi, Hammi," Dia membuntutiku kemana pun aku pergi dengan terus memanggil namaku, aku tetap mengabaikannya. Tapi, teman-teman yang lain mulai melihat ke arahku.,
"Astagaaa!!" aku pun berhenti dan menoleh ke arahnya.
"Hei kamu! Siapapun namamu, aku tidak tau namamu dan aku tidak ingin kenal dengan kamu. Tolong berhenti memanggil namakuu!! Aku sedikit teriak dan membentak tidak peduli teman lain melihatku.
"Kalau begitu, ayo kita kenalan..." Dian menambah
"Gedubrak!" aku merasa malah menambah masalahku sendiri. Tepuk jidat. "Baiklah, tunggu disitu. Dan jangan bergerak selangkah pun! Aku pun jadi tidak tertarik melanjutkan ini, segera aku mengambil langkah cepat sambil menutup kedua telinga dan pergi meninggalkannya.
 
****
Di lain hari...
"aaah hari ini tenang." aku sedang di perpustakaan, mengambil buku dan mencari tempat duduk kosong untukku segera membaca buku yang sudah aku ambil. Namun, tiba-tiba...
"Ham-mi?" Dian sambil tersenyum dan membawa buku pula, mengagetkanku yang mau mulai membuka halaman buku untuk aku segera membacanya.
"Ya Alloh!" aku sontak kaget. "Masih saja?!" gumamku.
Dian pun segera duduk di sampingku, tapi aku langsung membentaknya.
"Berhenti!" tapi dia hanya kaget saja dan ngeyel  tetap duduk disampingku.
"Si- siapa yang mengizinkanmu untuk duduk?!"
"Wah, Hammi, sepertinya kamu mulai bisa akrab denganku." Dian yang sudah duduk melanjutkan untuk terus menggodaku, eits menggodaku diganti kata mengusili saja yaah.
"Apa?" Gumamku, "haruskah aku pergi lagi?"
"Kumohon, jangan pergi Hammi, haruskah kamu terus melarikan diri seperti itu? Itu tidak menyelesaikan masalah tau.." tambah godanya
"Kamu benar. Lalu, apa maumu?" aku pun menurut dengan sedikit acuh.
"Manis sekali. Kamu benar-benar imut Hammi." Dian pun tersenyum, "entah itu saat kamu diam, kamu marah, mengabaikanku, imutmu semakin bertambah bertambah bertambah maksimal saja."
"Ya Alloh, anak ini seperti dewasa tidak pada waktunya." gumam kesalku
"Kencan yuk?"
"Gedubrak!" apa lagi ini, aku mulai kelabakan dan salah tingkah tidak menentu tapi aku mencoba mengendalikan diri.
"A-pa, ke- ke- ke- ncan?!" mataku mulai berputar
"Iya, satu hari saja cukup kok." goda Dian.
"Sa-sa-sa-sa-sa-sa" aku terbata-bata hingga lidahku kaku untuk berbicara. Tapi Dian malah tertawa.
Aku pun kemudian menggenggam tanganku sendiri dengan erat mencoba tetap mengendalikan diri.
"Hei hei hei, Hammi, gak usa sampai takut begitu. Kamu tambah imut lho. Tenang saja, cuma satu hari aja kok itu udah cukup dan kencan kita gampang kok. Kita hanya kencan di sekolah saja, seharian jalan berdua, makan berdua, ke perpus berdua, belajar berdua, ngobrol berdua..."
Sambil terus dia bicara, jiwaku mulai tidak tenang, "ediaan!! Mbah dukunn! Ini anak tolong diobatin, dia benar-benar kesambet setan."
"Dan," dia tiba-tiba menunduk
"Dan- apa?" aku mencoba memperjelas
Dia kemudian malah mengacungkan jari kelingking, "aku janji, aku tidak akan menyentuhmu sedikitpun dan aku tahu itu dosa kaan, aku jamin kamu pasti aman! Setelah itu, kita bisa putus. Ups, bisa dibilang kita kembali ke dunia masing-masing. Oke?"
"Dia tahu dosa tapi tidak bisa memahaminya" Gumam sinisku.
"Mana kutahu!" aku pun langsung pergi meninggalkannya dan terus bergumam, kencan satu hari? terus udah? Apa dia juga melakukan ini kepada gadis-gadis yang lain? kenapa coba harus aku? Apa ini cara dia mencoba mengenali para gadis dengan mengatasnamakan kencan? Siapa peduli?!"
Dian malah tetap kepedean dan melambaikan tangan, "sampai jumpa besok ya Hammi..." 


0 komentar:

Posting Komentar

 

Pena Umida

Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design