Daftar Isi

Ep.4 Hammi dan Rasa Penasaran


     Aku senang bisa berjumpa kembali dengan gadis kucing itu seperti biasa. Seperti pagi, aku selalu menunggunya di luar kelas. Aku selalu ingin melihatnya untuk pertama kalinya, ekspresinya dan memastikannya bahwa dia selalu dalam keadaan baik. Entah kenapa, entah kenapa. Aahh, aku benar-benar terpesona olehnya.
     Jiwaku selalu tertawa kecil dan aku selalu tersenyum simpul melihat salah tingkahnya setiap dia melihatku selalu menunggunya. Mungkin baginya ini sangat mengganggu dan bukan maksudku untuk menggodanya tapi aku tidak bisa menghentikannya, setidaknya sampai sekarang.
     Lihatlah, salah tingkahnya selalu menggemaskan. Mata kucingnya selalu bergerak tidak menentu disetiap melihatku. Wajahnya yang menyembunyikan rasa malu terlihat jelas dipipinya. Cantik, tidak ada yang menyamainya, spesial. Dan tidak pernah lupa, setiap kali dia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas sambil memegang bingkai pintu dia melirikku khawatir mungkin aku akan menertawakannya mengingat kejadian waktu lalu. Benar-benar kenangan.
     Hatiku bergumam, kenapa dia selalu salah tingkah setiap dia melihatku menungguinya. Harusnya dia bisa bersikap biasa saja seperti gadis lain yang acuh tak acuh. Dan aku tidak pernah langsung ikut masuk kelas setelahnya, karena aku menjaga diri agar aku tidak terlihat menunggunya. Bahkan teman yang lainnya pun tidak menyadarinya. Aku harus menyembunyikan perasaan ini dengan aman, dengan sangat aman.

*****
"Ima?"
"Iya Hammi?" akhirnya aku mencoba diri menanyakan rasa penasaranku ini kepada Ima.
"Dia..." aku mencoba memberi Ima kode dengan melirik-lirikkan mata kepada orang yang aku maksud. Tapi, Ima sedikit kurang peka.
"Dia siapa?"
"Itu loh yang di luar" aku sedikit memperjelas
"Oh. Fairi?"
"Sstt, jangan keras-keras." aku deg-degan ada yang ikut tahu dan untungnya anak laki-laki itu pun juga pergi dari tempatnya.
"Ada apa sih Hammi?"
"Di- dia itu orangnya gimana sih? Kok aku sedikit kurang nyaman terhadapnya ya.."
"Fairi maksudmu?!" jiwaku sedikit teriak, Ima sudah kubilang jangan keras-keras, kamu malah memperjelas" gigiku jadi sedikit menggeretak.
"Hahaha iya iya Hammi, sini duduk dulu. Aku akan menjawab segala rasa penasaranmu itu."
"Hammi, jangan-jangan..."
"Apa sih Ima! Ah sudahlah aku jadi tidak tertarik membahas ini kamu mulai membuatku tidak tenang" aku mulai meninggalkan Ima dan menuju ke tempat dudukku tapi Ima mencegahku.
"Iya iya Hammi, maaf... Aku tidak akan menggodamu yang tidak-tidak."
"Hmm..." aku meragukannya.
Tiba-tiba Ima membisikkan sesuatu di telingaku.
"Apa kamu menyukai Fairi?!"
"Glek!" aku tidak habis pikir kenapa Ima langsung berkesimpulan seperti itu, tapi jika obrolan ini terus dilanjutkan akan sampai mana nantinya. Aku tidak bisa menghadapinya. Aku hanya diam dan kembali ke tempat dudukku tanpa memberi respon apapun. Ima pun hanya melihatku bengong dan membiarkanku.

     Sepanjang pelajaran aku melamun, memikirkan kata-kata Ima barusan yang benar-benar membuatku shock. Kenapa yaa, apa manusia itu mudah dan suka sekali berbicara tentang cinta, perasaan, rasa suka dan sejenisnya? Sebenarnya bukannya aku tidak menyukai apa itu cinta, tapi aku lebih menghindarinya. Aku tahu apa itu cinta. Di televisi, buku-buku bahkan pada orang lain selalu ada cinta di sana tapi ketika cinta itu menemui masalah yang tidak dapat terselesaikan, hancurlah sudah. Bagiku, cinta itu rumit, membuat hubungan yang katanya spesial dengan orang lain itu rumit. Bahkan, hubungan pertemanan, persahabatan, keluarga juga sama apa lagi cinta. Aku, aku tidak menyukai hal-hal yang rumit, aku selalu mencari hal-hal yang sederhana, biasa dan apa adanya. Di dalam diriku, aku mengubur dalam-dalam perasaan itu dan tidak akan membangkitkannya atau memberikannya kepada orang lain. Aku akan terus melawan dan menghindarinya, segala perasaan yang berhubungan dengan cinta.
 
     Aku terus melamun tidak menentu, tapi akhirnya...
"Plak!" aku seperti ditampar oleh sesuatu. Itu ternyata penghapus kecil yang tiba-tiba terpental cukup keras mengenai bawah mataku sebelah kanan. Namun aku hanya mengusap-usapnya saja karena aku masih setengah sadar dan tidak sadar. Lalu aku mengambil penghapus kecil itu yang jatuh tepat di depanku dan bergumam, "ini penghapusnya siapa?"
     Bel istirahat pun berbunyi. Aku langsung berdiri dan menghiraukan kasus penghapus itu dan langsung keluar kelas mencari udara segar, menikmati kesendirianku sambil berjalan-jalan kecil memutari teras lantai atas sambil sesekali menatap langit. Aku menghela nafas beberapa kali, tiba-tiba aku melihat Cahyo yang sedang keluar kelas dan duduk di serambi depan kelasnya. Aku pun berjalan menuruni tangga menuju ke arahnya.
"Cahyo!." Aku memanggilnya
"Hammi, ada apa?"
"Boleh aku duduk?"
"Iya, duduklah."
Aku pun duduk didekat tempat duduknya namun Cahyo beranjak dari duduknya dan mengubah posisinya menjadi berdiri bersandar di dinding kelasnya.
"Cahyo, aku berhutang budi padamu kemarin kamu sudah mau membantuku. Terimakasih ya."
"Iyaa jangan terlalu dipikirkan." Cahyo menjawabnya dengan santai. Tapi kemudian dia melanjutkan,
"Tapi Hammi, masalahmu tidak selesai gitu aja lho, setelah ini pikirkanlah keputusan apa yang akan kamu lakukan. Karena yang pasti Dian mungkin masih mengejarmu atau pun hanya sekedar mengusilimu. Kamu kalo sudah bisa memutuskan maka akan ada penyelesainya kalo enggak yaa biarlah berjalan lagi seperti biasanya dan aku tidak akan membantumu untuk kedua kalinya. Goda Cahyo.
" panjang lebar sekali penjelesanmu cahyo." gumamku
"Iya, iya..." Aku hanya menjawabnya dengan simpel.
"Cih, jawaban apa itu... Yang jelas, jadilah berani, Hammi." Aku pun menjadi sedikit malu dengan nasehat Cahyo.

"Hammiiii !!!" tiba-tiba ada teriakan.
Aku kaget dan mencari-cari asal teriakan itu, dan ternyata Sholikhah sedang berlari menuju diriku seperti banteng yang melihat kain merah siap menyeruduk.
Sontak aku salah tingkah dan langsung berlari meninggalkan Cahyo tanpa persiapan. "Bye bye Cahyo.!" Dan Cahyo hanya melambaikan tangannya.

"Tidak tidak tidak..." aku terus berlari menghindari Sholikhah
"Aku harus kemana? Haruskah aku naik ke atas ato aku harus terus berlari?" bingungku.
"Hammi berhentiii !!!" Teriak Sholikhah
 "Aku tidak akan berhenti kalau kamu terus mengejarku." Aku pun ikut sedikit berteriak
"Baiklah aku akan berhenti." Pintanya.
Aku pun berhenti dan sedikit sambil mengambil langkah mundur ketika Sholikhah mulai mendekatiku dengan berjalan perlahan. Kamipun merasa kelelahan dan mengatur nafas sejenak, namun....
Akhirnya bel masuk pun berbunyi. Aku merasa terlindungi.
"Sholikhah... Kita akan bertemu lain hari, maaf aku belum bisa menghadapimu... Sampai jumpa..." aku berbicara sejenak kepadanya kemudian meninggalkan Sholikhah. Aku melihat Sholikhah tampak kecewa dan sedikit kesal kepadaku namun apa boleh buat.

****
"Hammi, darimana saja kamu?, kamu kayak kucing saja sukanya main sendiri..."
Ima ternyata sedang menungguku didekat pintu kelas. Aku hanya menyeringai saja. Sambil berjalan bersama dengan Ima menuju tempat duduk samar-samar aku mendengar teman lain sedang mengobrol. Berbeda-beda, entah apa yang mereka obrolkan.
"Hana... Apa benar kamu jadian sama Dian?" tiba-tiba salah seorang teman nyeletuk memulai pembicaraan. Dan aku menjadi penasaran, sedikit kualihkan perhatianku kepada mereka itu mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Itu benar Fata" temanku Lisa sedang memulai penjelasan.
"Gini lho... Tadi, waktu aku dan Hana sedang pergi bersama ke kantin, kita kan melewati kelasnya kan alias kelasnya Dian, eh tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggil, Hana! Gitu, trus kita berdua jadi noleh ke arah asal suara itu."
"Dan?" Fata mulai penasaran
Lisa pun tiba-tiba mencoba memperagakan kejadian tersebut. Dia menempatkan Hana ke tempat adegan dan Lisa berpura-pura menjadi Dian yang berada di belakang agak jauh dari tempat Hana.
"Hana!" Lisa mencoba memanggilnya dan mengubah suaranya sedikit agak lantang. Dan Hana pun menoleh.
"Maukah kamu jadi pacarku?"
"Gedubrak!" tiba-tiba aku menjatuhkan dahiku ke meja. "Whats! To the point bangetss."
"Iya." Hana menjawabnya dengan tersipu malu.
Jawaban yang tiba-tiba itu juga membuatku tidak menyangka. "Shock aku, Yang benar saja?!"
"Uwaaa...." Sontak teman-teman gadis yang mendengarkannya berteriak manja, seolah-olah merasa iri terhadap Hana.
"Cih, apa istimewanya dia sih."
Tiba-tiba Siti ikut-ikutan nyeletuk, "Cih, apa istimewanya dia sih?!"
Aku pun langsung kaget. Kemudian Ima juga ikut-ikutan sambil berbisik kepada kami berempat. Yaah, begitulah jadi giliran grup kami yang mulai mengobrol asik tidak mau kalah dengan lainnya. Mulai deh mengobrolkan hal-hal yang tidak penting menurutku.
"Denger-denger Dian itu playboy lhoo..." Ima sok tau banget.
"Glek!" aku hanya menelan ludah, mencoba untuk tidak kaget ataupun memberi respon apapun. Bersikap biasa dan tidak ingin tau.
"Kenapa juga Hana mau dipacari olehnya, harusnya diakan juga tau kalo Dian itu playboy. Aku sih ogah, cuih!" Ima jadi merasa kesal sendiri
Siti pun menambahi, "betul! sudah banyak gadis yang dia gombali, tapi yaa mereka malah suka-suka aja digombalin olehnya. Siapa sih yang enggak kenal Dian, dia raja gombal. huff... Tapi, sebenernya... Aku pun juga ingin digombalin olehnya, huhuhu, hahaha..." sambil memegangi pipinya dan senyum-senyum sendiri Siti mulai kehilangan akalnya.
Aku, Rahma, Ruli, Ima dan Siti pun menjadi tertawa bersama.
 
"Teman-teman... Mohon perhatiannya!"
"Ada apa inih?" Ima bertanya-tanya. Sepertinya ketua kelas mau memberitahu sesuatu hal.
"Teman-teman, ini ada tugas dari ibu Sri. Ibu Sri tidak bisa mengajar karena beliau sedang sakit. Jadi, tolong kerjakan dengan baik dan hari ini harus selesai. Terima kasih"
Sebagian dari teman kami menyudahi obrolan mereka dan mulai mengerjakan tugas dari ibu Sri. Hmm.. Karena obrolanku bersama Ima dkk belum selesai, yaa masih lanjut deh.
"Dian, yaa..." Ruli mencoba untuk mendiskripsikan si Dian. "Hmmm..."
"Haaah, kapan habisnya obrolan ini?" sambil memandang langit jiwaku menghela nafas, aku tidak terlalu tertarik memperhatikan setiap dari penjelasan Ruli mengenai si Dian, tapi telingaku masih bisa mendengarkannya...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pena Umida

Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design